Minggu, 16 Februari 2014

Pengendalian Keong Mas


                   Keong mas Pomacea canaliculata (Lamarck), berasal dari Amerika Selatan tropis dan subtropis. Keong mas ini merupakan hama padi yang serius di Asia Tenggara dan Asia Timur karena merusak bibit padi muda. Pada awal 1980-an, keong mas secara luas dibesarkan sebagai bahan pangan manusia di beberapa negara asia diantaranya Jepang, Thailand, Filipina, bahkan Indonesia sendiri dan negara Asia tenggara lainnya.
                  Keong mas berkembang biak pada kolam, rawa, dan lahan yang selalu tergenang termasuk sawah, awalnya mereka sebagai biologi kontrol agen untuk gulma. Perluasan jangkauan siput sehingga mungkin telah dipromosikan oleh transportasi manusia, baik disengaja atau tidak disengaja (misalnya di tanah yang terkontaminasi dengan keong mas)
                 Hama keong mas di Indonesia perlu diwaspadai dan diantisipasi karena berkembang biak dengan cepat dan menyerang tanaman yang masih muda dan menjadi hama utama pada tanaman padi terutama pada daerah yang mempunyai pola tanam padi terus menerus. Keberhasilan Pengendalian keong mas pada tanaman padi dilakukan secara dini, berkala, masal dan terus menerus.
Adapun beberapa teknik pengendalian keong mas diantaranya ;


1. Pengendalian Secara Mekanis
Pengolahan tanah dengan cara dibajak, kemudian diikuti oleh pelumpuran, dapat mengurangi populasi keong mas. Hasil penelitian menunjukkan pengolahan tanah mengurangi populasi 77,9% untuk keong mas dengan tinggi cangkang lebih dari 20 mm, dan 67,6-68,3 % untuk keong mas dengan tinggi cangkang 11,7-19,0 mm (Wada, 2003).
Perbaikan saluran irigasi diikuti oleh sanitasi gulma. Memasang saringan pada saluran masuk dan keluar air diperlukan untuk mencegah keong masuk ke petak sawah. penyaring seperti layar jaring kawat didirikan di titik-titik saluran masuknya air untuk mencegah penyebaran melalui aliran air. Untuk mempermudah pengambilan keong mas yang lolos dari jarring kawat, pada petakan sawah yang memiliki pengairan terkendali dapat dibuat caren. Keong mas akan menuju caren dan berkumpul di dalamnya, sehingga mudah diambil, terutama pada saat tanaman masih muda atau pada saat aplikasi pestisida. Pengambilan keong mas dilakukan pada pagi hari.
2. Tanaman Atraktan
Beberapa jenis tanaman dapat bersifat atraktan seperti daun pepaya, kulit nangka, kulit mangga, daun talas, dan daun singkong. Keong akan berkumpul pada bahan atraktan yang diletakkan di petak sawah sehingga mudah dipungut. Peletakan bahan atraktan pada petak sawah sebaiknya sore hari.
3. Pengendalian Secara Biologi
Penelitian skala laboratorium di Jepang menunjukkan bahwa predator keong mas yang potensial adalah beberapa spesies kepiting, penyu, dan tikus (Yusa, 2007). Musuh alami keong mas adalah semut merah Solenopsis geminata dan belalang Conocephalous longipennis yang memakan telur keong.
4. Penggembalaan bebek
Bebek juga merupakan predator keong mas sebagai pakannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan protein dan kalsium. Menggembalakan 200 ekor bebek/ha lahan sawah dua hari sebelum tanam selama 8 jam/hari dapat mengurangi populasi keong mas sampai 89,2% dan mengurangi kerusakan rumpun padi hingga 47% (Pantua et al., 1992).
5. Pengendalian dengan Pestisida nabati
Beberapa jenis tanaman dapat bertindak sebagai moluskisida nabati untuk mengendalikan keong mas. Nizmah (1999) dan Lobo et al. (1991) menemukan tanaman widuri (Calotropis gigantea) yang efektif mengendalikan keong mas. Kardinan dan Iskandar (1997) mendapatkan tanaman tuba (Derris elliptica) yang efektif mengendalikan keong mas. Di Indonesia tanaman tuba lebih efektif dibandingkan dengan daun sembung, daun patah tulang, dan daun teprosia. Pinang, tembakau, dan daun sembung juga efektif mengendalikan keong (Anonim, 2006b). Biji teh merupakan bahan yang paling toksik terhadap keong mas. Limbah teh juga dapat dipakai untuk mengendalikan keong mas dan siput lokal, namun dibutuhkan dalam jumlah banyak, yaitu 10 g/l air. Gadung basah juga dapat digunakan untuk mengendalikan keong mas. Mindi dan nimba berperan sebagai moluskisida namun toksik terhadap ikan mas (Kertoseputro dkk., 2007b).
Saponin dan buah rerak (Sapindicus rarak) dapat mengurangi tingkat serangan keong mas dan efektivitasnya tidak berbeda dengan moluskisida sintetis niklosamida (Hendarsih dan Kurniawati, 2005). 

 Saponin atau glikosida merupakan metabolit sekunder yang mempunyai sifat detergen, berbusa, rasa pahit, dan beracun bagi hewan berdarah dingin (Cheeke, 1989). Saponin tidak beracun pada hewan berdarah panas. Saponin banyak digunakan sebagai detergen, pembasmi hama udang, busa dalam pemadam kebakaran, busa shampo dan industri farmasi.
Hasil penelitian Kurniawati dkk. (2007) menunjukkan bahwa rerak selain efektif terhadap keong mas juga efektif mengendalikan penggerek batang padi kuning. Efektivitas pestisida nabati bergantung pada ukuran keong mas. Penggunaan rerak dan saponin menyebabkan lebih banyak keong kecil (diameter 1,0 cm) yang mati lebih awal dibandingkan dengan keong yang lebih besar. Insektisida dan bahan nabati tidak bersifat ovisidal dan tidak berpengaruh terhadap daya tetas telur keong mas. Namun aplikasi insektisida kartap, bahan nabati biji teh, dan rerak pada telur berumur 4 dan 7 hari mengurangi daya hidup keong muda (juvenil) yang menetas dari telur yang diaplikasi tersebut (Kurniawati dkk., 2007).
Pengujian empat bahan nabati dan lima insektisida pada 5 dan 10 hari setelah aplikasi pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap populasi keong, kecuali aplikasi saponin. Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh keong mas pada 5 hari setelah tanam pada perlakuan rerak dan kartap nyata lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Pada 10 hari setelah aplikasi, kerusakan tanaman meningkat pada semua perlakuan. Aplikasi saponin menyebabkan tingkat kerusakan tanaman juga nyata lebih rendah dari control.


KEONG MAS DEWASA DAN TELURNYA

 DI POSKAN OLEH : ZAINAL THL TBPP 
BPP KECAMATAN PAKEL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar